BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Masa
nifas merupakan suatu keadaan yang fisiologis yang akan dialami oleh seorang
wanita setelah mengalami proses persalinan. Saat menalami nifas, banyak wanita
yang merasakan beberapa gangguan atau rasa cemas akibat beberapa faktor
penentu. Faktor yang dapat menentukanatau dapat menyebabkan adanya gangguan
pada psikologi ibu sangatlah banyak sekali, seperti rasa kehilangan
janinnya yang telah terpisah dari
dirinya, faktor ekonomi yang menekan keadaan ibu, dan masih banyak lagi faktor
yang dapat menyebabkan gangguan pada psikologi ibu masa nifas.
Devinisi
masa nifassangatlah banyak versi, hal ini tergantung dari ahli yang mencetuskan
masa nifas itu sendiri. Pada dasarnya masa nifas memiliki satu makna yang sama
yakni masa setelah persalinan hingga 6 minngu setelah persalinan.
Dalam
masa nifas, tubuh ibu akan mengalami pemulihan pada bentuk semula yakni bentuk
sebelum hamil. Perubahan perubahan tersebut seperti perubahan pada sistem
pencernaan, perkemihan, hormonal, musculoskinetal, kardivvaskuler,
hematologi,psikologi ibu dan sebagainya. Perubahan peruhan tersebut merupakan
perubahan yang fisiologis yang terjadi selama masa nifas jika erubahan tersebut
masih dalam batar normal dan tidak mengarah ke keadaan patologi.
Oleh
karena itu, sebagai tenaga kesehatan yang paling dekat dengan klien (bidan), kita
wajib mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu termasuk psikologi
ibu pada masa nifas agar tidak terjadi keadaan yang mengarah patologi dan
keadaan tersebut dapat segera diatasi bahkan dicegah secara dini. Segala hal
tersebut dapat diketahui dengan adanya tanda-tanda yang mengarah pada salah
satu perubahan yang patologi. Oleh karena itu bidan wajib mengetahui tanda dan
gejala guna penanganan pertama jika menemukan kasus seperti itu saat berada
dilapangan (dunia kesehatan).
1.2.Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah diaantaranya:
§ Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah yakni Askeb IV.
§ Agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang devinisi masa nifas, dan perubahan psikologi
pada masa nifas.
§ Agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang jenis-jenis gangguan psikologi dan
penatalaksanaannya.
1.3.Manfaat
Penulisan
Manfaat dari penulisan
makalah ini diantaranya:
§ Mahasiswa
dapat mengetahui tentang devinisi masa nifas dan perubahan psikologi pada ibu
yang sedang nifas.
§ Mahasiswa
dapat mengetahui tentang macam atau jenis gangguan psikologi pada ibu nifas dan
penatalaksanaanya.
1.4.Metode
Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah studi
pustaka. Hal ini dikarenakan studi pustaka merupakan metode penulisan yang
dapat membantu dan mempermudah penulis dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Masa nifas
Sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa nifas untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi serta guna melakukan pendeteksian secara dini tentang adanya keadaan
yang mengarah komplikasi.
Masa nifas adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil. Nifas (peurperium) berasal dari bahasa latin. Peurperium
ini sendiri berasal dari 2 dua suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti
bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peurperium merupakan
masa setelah melahirkan.
Peurperium atau nifas juga dapat
diartikan sebagai masa postpartum atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnyadisertai pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.
Beberapa tahapan masa nifas
diantaranya:
Peurperium dini : masa
kepulihan, dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan serta
menjalankan aktifitasnya layaknya wanita normal lainnya
Peurperium intermediate
: suatu kepulihan menyeluruh alar-alat genitalia yang lamanya sekitar 6_8
minngu.
Peurperium remote :
waktu yang dibutuhkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
2.2.Adaptasi
Psikologi Masa Nifas
Psikologi pada ibu nifas sebenarnya
telah mengalami proses adaptasi sejak ibu tersebut dalam kondisi hamil. Perubahan
perubahan psikologi pada setiap individu tentunya berbeda, hal ini dipengaruhi
oleh kondisi psikologi ibu sebelum hamil.
Pengalaman menjadi orang tua
khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang
menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri.
Banyak hal menambah beban hingga
membuat seorang wanita merasa down. Banyak wanita yang merasa tertekan pada saat setelah melahirkan,
sebenarnya itu hal yang wajar. Perubahan
peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani ibu. Tanggung jawab
seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dukunagn dan
perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif
bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase
fase sebagai berikut:
Fase taking in
Merupakan periode
ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini
membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Gangguan psikologi pada
fase ini biasanya antara lain:
¯ Kekecewaan
karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya (jenis kelamin,
warna kulit, dan sebagainya)
¯ Ketidaknyamanan
sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu (sakit pada jahitan
perineum, mulat akibat adanya kontraksi uterus dan sebgainya.)
¯ Rasa
bersalah karena belum dapat menyusui bayinya.
¯ Kritikan
dari orang terdekat menbuat ibu merasa tidak nyaman yang sebenarnya tugas
merawat bayi adalah tugas bersama bukan hanya tugas dari ibu.
Fase taking hold
Periode yang
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang
baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga
timbul percaya diri.
Fase letting go
fase menerima tanggung
jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
2.3.Gangguan pada Masa Nifas
2.3.1.
Post
Partum Blues
Ada
kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini
disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami
ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan
ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga
karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Disini
hormone memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap
situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding
rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya
seorang bayi dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan ibu dalam
hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan
ini akan kembali secara perlahan setelah ibu menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Port
partum blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan. Kejadian ini
sering terjadi pada 50_70 % wanita. Post partum blues atau sering juga disebut
dengan maternity blues. Gejala gejala dari post partum blues diantaranya
sebagai berikut:
v Sedih
v Sering
menangis
v Mudah
tersiggung
v Cemas
v Labilitas
perasaan
v Sering
menyalahkan diri sendiri
v Gangguan
tidur
v Nafsu
makan menurun
v Kelelahan
v Mudah
sedih
v Cepat
marah
v Mood
cepat berubah
v Pelupa
v Perasaan
bersalah
Faktor-faktor
penyebab timbulnya post pastum blues adalah sebagai berikut:
v Faktor
hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin seta estriol
yang terlalu rendah.
v Ketidaknyamanan
fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi.
v Faktor
umur dan jumlah anak
v Pengalaman
dalam proses kehamilan dan persalinan.
v Dukungan
yang diberikan dari lingkungan (suami, keluarga dan yng lainnya)
v Ketidakmampuan
beradaptasi terhadap perubahan perubahan yang terjadi.
v Ketidaksiapan
terhadap perubahan peran yang terjadi pada wanita tersebut.
v Rasa
memiliki bayinya yang terlalu dalam sehingga takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.
v Masalah
kecemburuan dari anak yang terdahulu
Beberapa
cara untuk mengatasi postpartum blues adalah sebagai berikut:
¯ Persiapan
diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi masa nifas.
¯ Komunikasi
segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan
¯ Selalu
membicarakan rasa cemas yang dialami
¯ Bersikap
tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah dialami dan berusaha melakukan peran
barunya sebagai seorang ibu dengan baik.
¯ Cukup
beristirahat
¯ Menghindari
perubahan hidup yang drastis
¯ Berolahraga
ringan
¯ Berikan
dukungan dari semua keluarga, suami, atau saudara.
¯ Konsultasikan
pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional agar dapat memfasilitasi
faktor resiko lainnya selama masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya
pengawasan
2.3.2.
Depresi
Berat
Depresi
berat dikenal sebagai sindroma depresif non psikotik pada kehamilan namun
umumnya terjadi dalam beberapa mingggu sampai bulan setelah kelahiran.
Gejala-gejala dari depresi berat diantaranya sebagai berikut:
¯ Perubahan
pada mood
¯ Gangguan
pola tidur
¯ Perubahan
nafsu makan dan mental
¯ Terkadang
muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Depresi
berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah
mengalami kelainan psikiatrik atau pernah mengalami premenstrual sindrom. Penatalaksaan
depresi berat diantanya sebagai berikut:
§ Dukungan
yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan sekitar
§ Lakukan
terapi dari psikiater atau psikolog
§ Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat anti depresan
§ Lakukan
rujukan agar ibu mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
2.3.3.
Psikosis
Post Partum
Psikosi post partum
merupakan depresi yang paling berat, biasa terjadi pada minggu pertama dalam 6
minggu setelah melahirkan.Faktor penyebab dari timbulnya psikosis post partum
diantranya sebagai berikut:
Faktor sosial kultural (dukungan suami dan keluarga,
kepercayaan atau etnik ).
Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik
ibu dan kondisi fisik bayi )
Karakter personal seperti harga diri yang
rendah.
Perubahan hormonal yang cepat.
Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina
hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di
inginkan
Merasa terisolasi.
Selain faktor
penyebab, sebagai tenaga kesehatan haruslah mengetahui gejala dari adanya
psikosis post partum. Gejala dari psikosis diantaranya adalah sebagai berikut:
o Curiga berlebihan
o Kebingungan
o Sulit konsentrasi
o Bicara meracau atau
inkoheren
o Pikiran obsesif (
pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
o Impulsif ( bertindak
diluar kesadaran )
Setelah
mengetahui tanda dan gejala dari psikosis post partum, tenaga kesehatan
haruslah dapat menangani kegawatdaruratan dari psikosis post partum.
Penatalaksanaan dari psikosa post partum diantaranya sebagai berikut:
Dukungan dari keluarga
dan lingkungan sekitar
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat anti depresan
Lakukan rujukan ke
rumah sakit guna perawatan lebih lanjut.
Untuk mengurangi
resiko terjadinya psikosis post partum, maka lakukan pencegahn- pencegahan
dibawah ini.
§ Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi
dan psikosis pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini.
Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
§ Tidur dan makan yang
cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan
usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam
periode pospartum.
§ Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi psikosis
postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap
hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional
yang berlebihan.
§ Beritahukan perasaan
ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan
mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika
mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang
yang terdekat.
§ Dukungan dari
keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai
kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa
keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
§ Persiapan diri dengan
baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan,
ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
§ Lakukan pekerjaan
rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat
membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum.
Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau
membersihkan rumah.
§ Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan
lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan
pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik
dari setelahnya.
2.3.4.
Kesedihan
dan Dukacita
§ Kemurungan
masa nifas
Kemurungan
masa pada masa nifas masih dapat dianggap normal. Hal ini disebabkan oleh perubahan
yang dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan dan persalinan serta perubahan
dalam irama/cara kehidupan ibu setelah bayinya lahir. Seorang ibu lebih
beresiko mengalami kemurungan pasca
persalinan, karena ia masih mudah mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan
pada masa nifas merupakan hal yang umum dan perasaan-perasaan itu demikian
biasanaya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.
Tanda–tanda
dan gejala dari kemurungan post partum sebagai berikut:
§ sangat
emosional
§ sedih
§ khawatir
§ mudah
tersinggung
§ cemas
§ merasa
hilang semangat
§ mudah
marah
§ sedih
tanpa sebab
§ labil
§ tidak
bisa tidur
§ nafsu
makan menurun
§ merasa
tidak mampu untuk merawat diri dan bayi
§ ingin
menciderai diri / bayinya
§ menangis
berulang kali.
Jika
tanga dan gejala tersebut dibiarkan, maka ibu akan mengalami keadaan yang makin
memburuk dan dapat berdampak menjadi sebuah gangguan psikologi ibu yakni
halusinasi. Halusinasi merupakan sikap ibu yang merasa mendengar suara-suara
(bisikan) atau tidak dapat berpikir secara jernih.
Etiologi
terjadinya kemurungan postpartum yakni adanya berbagai perubahan yang terjadi
didalam tubuh wanita sealama kehamilan dan perubahan dengan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal
yang cepat sementara tubuh pada keadaan tidak hamil dan sementara proses
menyesuai telah terjadi.adanya perasaan
kehilangan fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada perasaan sedih.
Kemurungan
akan semakin menjadi parah oleh adanya ketidaknyamanan jasamani, rasa letih, stres,
atau kecemasan. Penatalaksanan dari kemurungan postpartum yakni
v Ajaklah
ibu untuk membicarakan hal yang dialami oleh ibu.
v Dampingi
ibu dan bayi agar ibu tidak merasa kesepian dan murung untuk beberapa hari atau
beberapa minggu.
v Berikan
kesempatan yang luas untuk bertanya kepada ibu
v Bantu
ibu untuk merawat dirinya dan bayinya agar ibu merasa diprehatikan
v berikan
dukungan atau dorongan pada ibu untuk merwat bayinya.
§ Terciptanya
ikatan antara ibu dan anak
Menciptakan terjadinya
ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama setelah melahirkan yaitu dengan
cara mendorong pasangan orang tua memegang bayinya, serta memberikan kesempatan
untuk mengeksplor tubuh bayi dan memberikan komentar positif tentang bayinya.
Perilaku normal orang
tua untuk menyentuh dan mengeksplor bayinya ketika mereka pertama kali melihat
bayinya serta mengusap tubuh bayinya
dengan telapak tangan lalu mengedongnya dilengan dan memposisikanya
sedemikian rupa sehingga matanaya bertatapan langsung dengan mata bayi.
Berbagai perilaku yang
merupakan tanda yang harus diwaspadai dalam kaitannya dengan ikantan antara ibu
adalah sikap bermusuhan yang ditunjukkan ibu. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
adanya tanda gejala sebagai berikut:
v Ibu
tidak mau menatap bayinya
v Ibu
acuh terhadap bayi
v Ibu
tidak mau menyentuh dan mengekplor bayi
v Terlihat
adanya kekecewaan terhadap bayinya yang disebabkan oleh suatu hal (jenis
kelamin tidak sesuai dengan keinginan)
v Memberikan
komentar yang negatif pada bayinya
Penatalaksanaan dari
tidak adanya ikatan yang baik antara ibu dan bayi diantaranya :
o Berikan
dukunagn kepada ibu untuk mengekplor dan menerima keadaan bayinya.
o Ciptakan
suasana yang dapat menumbuhkan rasa percayadiri ibu.
o Lakukan
pengamatan terhadap sikap ibu terhadap bayinya secara continue.
o Lakukan
rujukan jika sikap bermusuhan pada ibu yang berkelanjutan.
Kesedihan
dan dukacita sering terjadi pada ibu nifas. Hal ini biasanya terjadi pada ibu
yang merasa kekecewaan terhadap bayi yang dilahirkan atau merasa kehilangan
bayinya.
Guna
pencegahan untuk keadaan ini diantaranya sebagai berikut:
o Menyadari
keadaan dirinya dan janin selama masa kehamilan.
o Berikan
dukungan untuk ibu dari keluarga dan lingkungan sekitar
o Anjurkan
ibu untuk selalu mengingat Maha Pencipta atau mendekatkan diri kepada Tuhan.
o Berikan
kepercayaan ibu selama kehamilan dan persalinan
o Anjurkan
ibu untuk melakukan aktifitas yang bermanfaat untuk dirinya (mengisi waktu
luang)
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil. Nifas (peurperium) berasal dari bahasa latin. Peurperium
ini sendiri berasal dari 2 dua suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti
bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peurperium
merupakan masa setelah melahirkan.
Beberapa tahapan masa nifas
diantaranya:
Peurperium dini
Peurperium
Peurperium remote
Dalam menjalani adaptasi pada masa
nifas, ibu akan mengalami fase fase sebagai berikut:
Fase taking in
Fase taking hold
Fase letting go
Post partum blues merupakan masa
transisi mood setelah melahirkan. Kejadian ini sering terjadi pada 50_70 %
wanita. Post partum blues atau sering juga disebut dengan maternity blues.
Gejala gejala dari post partum blues diantaranya sebagai berikut:
v Sedih
v Sering
menangis
v Mudah
tersiggung
v Cemas
v Labilitas
perasaan
v Sering
menyalahkan diri sendiri
v Gangguan
tidur
v Nafsu
makan menurun
v Kelelahan
v Mudah
sedih
v Cepat
marah
v Mood
cepat berubah
v Pelupa
v Perasaan
bersalah
Faktor-faktor penyebab timbulnya
post pastum blues adalah sebagai berikut:
v Faktor
hormonal
v Ketidaknyamanan
fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi.
v Faktor
umur dan jumlah anak
v Pengalaman
dalam proses kehamilan dan persalinan.
v Dukungan
yang diberikan dari lingkungan (suami, keluarga dan yng lainnya)
v Ketidakmampuan
beradaptasi terhadap perubahan perubahan yang terjadi.
v Ketidaksiapan
terhadap perubahan peran yang terjadi pada wanita tersebut.
v Rasa
memiliki bayinya yang terlalu dalam sehingga takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.
v Masalah
kecemburuan dari anak yang terdahulu
Beberapa cara untuk mengatasi
postpartum blues adalah sebagai berikut:
¯ Persiapan
diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi masa nifas.
¯ Komunikasi
segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan
¯ Selalu
membicarakan rasa cemas yang dialami
¯ Bersikap
tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah dialami dan berusaha melakukan peran
barunya sebagai seorang ibu dengan baik.
¯ Cukup
beristirahat
¯ Menghindari
perubahan hidup yang drastis
¯ Berolahraga
ringan
¯ Berikan
dukungan dari semua keluarga, suami, atau saudara.
¯ Konsultasikan
pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional agar dapat memfasilitasi
faktor resiko lainnya selama masa nifas dan membantu dalam melakukan upaya
pengawasan
Gejala-gejala
dari depresi berat diantaranya sebagai berikut:
¯ Perubahan
pada mood
¯ Gangguan
pola tidur
¯ Perubahan
nafsu makan dan mental
¯ Terkadang
muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Penatalaksaan
depresi berat diantaranya sebagai berikut:
§ Dukungan
yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan sekitar
§ Lakukan
terapi dari psikiater atau psikolog
§ Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat anti depresan
§ Lakukan
rujukan agar ibu mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Faktor penyebab dari timbulnya psikosis post partum
diantranya sebagai berikut:
Faktor sosial kultural
Faktor obstetrik dan ginekologik
Karakter personal seperti
Perubahan hormonal yang cepat.
Marital disfungsion
Unwanted pregnancy
Merasa terisolasi.
Gejala dari psikosis
diantaranya adalah sebagai berikut:
o Curiga berlebihan
o
Kebingungan
o
Sulit konsentrasi
o
Bicara meracau atau inkoheren
o
Pikiran obsesif
o Impulsif
Penatalaksanaan dari psikosa post
partum diantaranya sebagai berikut:
Dukungan dari keluarga
dan lingkungan sekitar
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat anti depresan
Lakukan rujukan ke
rumah sakit guna perawatan lebih lanjut.
Kesedihan dan dukacita sering
terjadi pada ibu nifas. Hal ini biasanya terjadi pada ibu yang merasa
kekecewaan terhadap bayi yang dilahirkan atau merasa kehilangan bayinya.
Guna pencegahan untuk keadaan ini
diantaranya sebagai berikut:
o Menyadari
keadaan dirinya dan janin selama masa kehamilan.
o Berikan
dukungan untuk ibu dari keluarga dan lingkungan sekitar
o Anjurkan
ibu untuk selalu mengingat Maha Pencipta atau mendekatkan diri kepada Tuhan.
o Berikan
kepercayaan ibu selama kehamilan dan persalinan
o Anjurkan
ibu untuk melakukan aktifitas yang bermanfaat untuk dirinya (mengisi waktu
luang)
3.2.Saran
Makalah merupakan salah satu
karya tulis yang dapat membantu para pembacanya untuk mendapatkan informasi
tertentu. Untuk itu, bagi para pembaca sebaiknya membaca beberapa sumber atau
literatur guna perbandingan.
minta contoh kasus proses adaptasi psikologis pada ibu nifas
BalasHapus